Selasa, 31 Januari 2017

6 kapal selam aliansi TNI AL dan AL Kesultanan Brunei

Sejarah membuktikan bagaimana Indonesia menolak dibentuknya negara melayu dengan mencaplok serawak, sabah dan brunei kedalam negara federasi melayu. puncak dari penolakan adalah gerakan ganyang malaysia tahun 1963. dengan dukungan philipina secara diplomatik karena sabah dianggap masih wilayah kekuasaan Philipina. sedangkan kerajaan Brunei saat itu sedang mengalami konflik dalam negeri dimana oposisi didukung Komunis mencoba menggulingkan Kesultanan yang lebih cenderung memihak barat. 










Dengan kompromi dari Sultan Omar 'Ali Saifuddien II yang merupakan Sultan Brunei dengan presiden Indonesia Soekarno yang akan mendukung kesultanan Brunei apabila dipaksakan gabung dengan federasi melayu. demikian juga dengan dukungan Brunei untuk membantu merebut kembali daerah Sabah kembali ke wilayah Philipina. dari kolaborasi 3 negara, sehingga terjadilah operasi Dwikora atau yang lebih dikenal sebagai gerakan gayang malaysia. 



Secara sosial hubungan Brunei dan Malaysia pada saat ini tetap baik, namun jika dari kontek persaingan pengaruh di Borneo utara tetap memanas meskipun sudah puluhan tahun pasca ganyang malaysia. karena dari sisi geopolitik, jika dahulu ganyang malaysia berhasil. maka Kesultanan Brunei mencakup wilayah Serawak yang luasnya 15 kali lipat wilayah Brunei saat ini dan Philipina memiliki wilayah Sabah sebagai bagian dari kerajaan Sulu di Mindanao Philipina selatan. 






Brunei sejak awal tahun 2000 secara massive melakukan perombakan militernya dengan menganggarkan 4,5 % dari PDB. semua produsen persenjataan didekati dan pembelian senjata paling canggih telah dilakukan. ternyata agresivitas militer Kesultanan Brunei terpicu saat Indonesia mengalami krisis moneter dan disusul dengan penggantian rezim pemerintahan. Celah timor yang kaya minyak bumi dan pergolakan di Maluku dan Papua menjadikan para jenderal Brunei tersadar bahwa bisa jadi berikutnya Brunei yang menjadi sasaran karena kandungan minyak bumi nya yang luar biasa melimpah. 




Pencarian partner militer selalu di jajagi diluar persemakmuran yang saat ini sudah tidak lagi dapat dihandalkan karena didalam persemakmuran sendiri ada Malaysia yang sejak dahulu mencari kelengahan Brunei ( dan Singapura ) agar dapat dicaplok wilayahnya. Untuk merapat ke Tiongkok tentunya bukan hal baik karena Komunis tidak sejalan dengan ideologi kesultanan Brunei apalagi saat ini konflik LCS sudah mengerucut dan melibatkan Brunei didalamnya. pilihan terindah ada pada Indonesia yang memang memiliki backbone tentara berpengalaman dan terbukti ketangguhannya. 






Mengulang sejarah ganyang malaysia, betapa heroiknya tentara Indonesia melawan divisi Gurkha Inggris. apalagi pemerintah Indonesia selalu menjaga janjinya terhadap kesultanan Brunei. hal tersebut yang menjadikan militer Brunei memilih kemitraan strategis dengan Indonesia untuk aliansi keamanan asia tenggara. dari perhitungan militer dan geopolitik, tentu lebih menguntungkan bersandar ke Indonesia daripada kedalam persemakmuran dan negara lain. maka mulailah dibangun twin naval base dimana pangkalan angkatan laut Brunei serupa dengan pangkalan angkatan laut Surabaya. 




Puluhan perwira tinggi dan perwira menengah TNI AL selalu ada di pangkalan militer angkatan laut Brunei. mulai dari tugas pelatihan dan juga penugasan pengamanan karena banyak kapal perang TNI AL yang berpangkalan di Brunei. belum lagi hibah kapal perang dan kapal selam dari Kesultanan Brunei kepada Indonesia, menjadikan kerjasama militer tidak hanya isapan jempol saja. keinginan militer Brunei membentuk armada perang yang berisikan 30 kapal perang dan kapal selam yang di hibah kan kepada militer Indonesia. 








Saat ini ada 4 kapal selam yang bersandar di Muara naval base merupakan salah satu bentuk hibah dari Tentara Laut Diraja Brunei yang melengkapi armada perang TNI AL di pangkalan Brunei dengan mana armada perang TNI - TLDB. sebenarnya armada perang TNI -TLDB hanya diperkuat 2 kapal selam saja, namun karena pangkalan kapal selam di Watusampu Palu belum siap beroperasi sehingga kapal selam bermarkas di Muara naval base. Hingga saat ini, Brunei telah menghibahkan 6 kapal selam dan 2 buah sudah terparkir di LANTAMAL Surabaya dengan nomer lambung 401 duplikat dan 402 duplikat. 




Jika kapal selam Changbogo class buatan korea selatan - PT PAL telah selesai berarti ada tambahan 2 kapal selam yang berasal dari anggara sendiri dari total rencana 4 kapal selam Changbogo class. Indonesia telah memiliki 2 kapal selam kelas Wishkey ( Cakra Nenggala ), 6 kapal selam Kiloclass hibah TLDB, 4 kapal selam Changbogo class. dengan total 12 unit kapal selam. jika semua kebutuhan dapat dilengkapi, maka diperkirakan Indonesia memiliki 5 armada kapal perang dengan masing masing diperkuat 2 kapal selam. sedangkan Cakra Neggala hanya beroperasi di teritori dalam negeri saja mengingat usia nya yang sudah menua. 








Tentara Laut Diraja Brunei tetap menganggarkan pengadaan persenjataan militer agar terbentuk 1 armada perang yang ideal sesuai klasifikasi GREEN WATER NAVY dimana terdapat 1 kapal induk 30.000 DWT, 10 kapal fregat sigma class, 6 unit kapal pengawal rudal, 5 kapal perintis korvet, 2 unit kapal logistik, 2 unit kapal amphibi LST, 2 kapal selam, 1 kapal penyapu ranjau, 1 kapal tanker. dari seluruh kebutuhan masih dalam proses pembelian dan perencanaan adalah pembelian 1 kapal induk, 2 kapal amphibi LST, 3 unit kapal fregat, 3 unit kapal korvet. semua nya dikerjakan oleh PT PAL. 




Dengan memiliki 5 armada kapal perang kelas GREEN WATER NAVY menjadikan Indonesia memiliki kekuatan militer terbesar di asia tenggara dan oceania. tentu saja akan membuat gusar Australia dan Malaysia. bagaimanapun TNI dengan alutsista alakadarnya saja sudah sangat mengkhawatirkan negara tetangga. karena skill dan pengalaman bertempurnya. apalagi jika militer Indonesia dilengkapi peralatan militer canggih. tentunya hanya Amerika dan Rusia yang mampu mengimbanginya. hal itulah yang menjadi pertimbangan Brunei untuk membuat aliansi militer dengan Indonesia. 








Analisa nya seperti ini, Brunei beraliansi dengan Indonesia. maka Tiongkok tidak akan berani menyerang Brunei yang dilindungi Indonesia (anak emas Rusia di asia tenggara ). Kerajaan Inggris akan kesulitan mendikte kesultanan Brunei karena memang bukan jajahan resmi dari Inggris. hanya aliansi perlindungan dari serangan Spanyol di Philipina. Malaysia jika salah bersikap akan kehilangan wilayah Malaysia timur yang sejak dahulu merasa di anak tiri kan dalam pembangunan dan politik. 




Penduduk Brunei yang tidak lebih dari 500.000 orang adalah sebuah kelemahan dan sebagiannya adalah orang tua dan penduduk produktif hanyalah 100.000 orang. hal inilah yang membuat Brunei memilih untuk membeli peralatan militer kepada Indonesia dengan timbal balik penjagaan keamanan luar negeri di tangan militer Indonesia. sedangkan keuntungan bagi Indonesia adalah memiliki pangkalan militer yang berada ditengah wilayah Malaysia ( seperti Natuna yang membelah Malaysia barat dan Malaysia Timur ) dan menghadap LCS sehingga apabila ada krisis militer, Indonesia lebih cepat bereaksi. 







Seperti pepatah lama. terkadang peperangan adalah jalan menuju kedamaian abadi yang selalu diambil sebagai jalan terakhir jika semua kebodohan dan keras kepala sudah lebih menguasai daripada logika dalam menyelesaikan masalah. semua peperangan yang ada di planet bumi memang berawal dari keras kepala dan merasa paling berkuasa dari orang lain. sehingga kekalahan penderitaan dan kematian adalah hasil dari penyesalan dan pengalaman hidup.




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...