Asteroid bernama 2012 TCP diperkirakan akan melintas dekat Bumi pada 12 Oktober 2017. Akankah asteroid ini akan menabrak Bumi dan membahayakan manusia? Asteroid sebelumnya pernah meledak di atas kota Chelyabinsk di Rusia. Ledakan asteroid itu setidaknya melukai 1.500 orang di Rusia dan merusak lebih dari 7.000 bangunan. Jumlah
asteroid yang mendekati planet kita diperkirakan ada lebih dari 11
ribu. Sebagian dari mereka menciptakan ancaman serius bagi Bumi. Para
peneliti telah mengidentifikasi 39 asteroid semacam itu.
Sejumlah
ilmuwan dari berbagai negara mencoba mencari solusi untuk mengubah
lintasan ‘sang pengembara angkasa’ yang mengancam planet kita. Pilihan
metode perlindungan tergantung pada ukuran asteroid: ia bisa dibelokkan
atau dihancurkan.
Dalam
185 tahun mendatang, 39 asteroid akan memasuki area gravitasi planet
kita. Salah satu cara untuk melindungi planet kita adalah dengan
menghancurkan benda antariksa berbahaya tersebut di orbit saat mereka
bergerak menjauh dari Bumi, demikian disampaikan ilmuwan Siberia.
Kemungkinan
batu raksasa tersebut mendekati planet kita tanpa disadari hampir tak
mungkin. Namun, kemunculan asteroid berdiameter kurang dari 300 meter
bisa saja tak terduga. Asteroid semacam itu, jika jatuh ke Bumi, dapat
melenyapkan sebuah perkotaan, atau bahkan sebuah negara.
“Dengan
bantuan komputer super SKIF Cyberia, kami menciptakan model ledakan
nuklir asteroid sehingga limbah radioaktifnya tak turun ke Bumi,” terang
Tatyana Galushina, seorang kolaborator di Institut Penelitian Ilmiah
untuk Matematika dan Mekanika Terapan di Universitas Negeri Tomsk.
“Untuk itu, kami menyarankan untuk mengeliminasi asteroid bukan pada
saat mereka mendekati Bumi, melainkan saat mereka menjauh dari kita.
Langkah semacam ini akan lebih aman dan efektif.”
Banyak
asteroid populer yang kembali ke Bumi pada interval berkala, dengan
hanya sedikit mengubah orbit mereka. Para ilmuwan dari Universitas
Negeri Tomsk bersama kolega dari pusat penelitian lain menyarankan untuk
menghilangkan objek antariksa yang berpotensi berbahaya ini dengan
meledakkan mereka setelah mereka melewati Bumi.
Dalam
eksperimen komputer tersebut, ilmuwan memilih target berupa benda
antariksa hipotetis berdiameter 200 meter, sama dengan asteroid Apophis,
yang pada 2029 akan mendekati Bumi pada jarak 38 ribu kilometer. Untuk
menghancurkan objek sebesar itu, dibutuhkan ledakan dengan kekuatan
setara satu megaton TNT, artinya 50 kali lipat dari bom atom yang
dijatuhkan ke Hiroshima pada 1945.
“Model
komputer menunjukkan bahwa dengan ledakan semacam itu, sebagian
asteroid akan berubah menjadi gas dan tetesan cairan, sementara bagian
lainnya akan hancur menjadi puing-puing dengan diameter kurang dari
sepuluh meter. Ukuran ini merupakan batas yang dapat diterima dari sudut
pandang keselamatan Bumi. Selain itu, misil akan menghantam asteroid
dari belakang, sehingga semua puing pascapenghancuran tersebut akan
terbang ke depan, menjauh dari Bumi,” terang Galushina.
Ilmuwan
menyebutkan bahwa, menurut hukum fisika, beberapa waktu setelah
ledakan, Bumi mungkin akan menerima kembali puing dari asteroid yang
hancur, yang masuk melalui orbit biasa. Namun, model itu menunjukkan
bahwa ledakan meteorit secara praktik tak akan disadari. “Puing tersebut
akan didistribusikan sepanjang orbit dan hanya sejumlah kecil puing
yang akan jatuh ke Bumi. Dalam eksperimen kami, hanya seratus ribu puing
yang jatuh,” terang Galushina.
Namun,
teknologi baru tersebut juga menerima kritik. Ilmuwan dari Universitas
Politeknik Tomsk menyebutkan saat ini terlalu dini membayangkan hasil
yang didapat dari komputer super tersebut dapat sesuai dengan realitas.
Kritik menunjuk pada fakta bahwa hanya senjata nuklir yang dapat
menciptakan ledakan dengan kekuatan tersebut, tapi penggunaan senjata
itu dilarang di luar angkasa. Selain itu, masalah akurasi yang
dibutuhkan untuk menghantam asteroid tersebut juga masih perlu
diselesaikan.
sumber ; rbth