Dalam pembicaraan maraton yang dilakukan oleh 3 negara sejak tahun 2014. sepertinya bandara biak merupakan lokasi paling menggiurkan untuk dikembangkan sebagai bandara peluncuran satelit dan cargo antariksa. hal tersebut dibuktikan dengan pembicaraan intensif antara RUsia dan Jerman sebagai pihak yang memiliki teknologi dengan pihak indonesia sebagai tuan rumah.
Biak juga disiapkan sebagai bandara taktis apabila ada pantauan bahwa ada asteroid berukuran membahayakan akan menuju planet bumi. maka akan dapat dihancurkan hanya dalam waktu 5 hari saja sejak penemuan asteroid. potensi ditempatkannya roket pencegat menjadi vital dan masih berlarut larut karena menyangkut kerahasiaan teknologi roket yang masih dipertanyakan oleh pihak rusia. teknologi yang dikembangkan oleh Makeyev yang memiliki pengalaman pengembangan persenjataan berbasis roket selama lebih dari 60 tahun.
Seperti yang terjadi di wilayah Rusia, dimana ada serangan asteroid tanpa terdeteksi sebelumnya dan menimbulkan kerusakan lumayan besar meskipun tidak menimbulkan korban jiwa. hal ini sangat mungkin terjadi apabila ada asteroid berukuran kecil berdiameter kurang dari 50 meter. dengan kecepatan rata-rata 85.000 km/jam atau 25 km/detik, sehingga jika asteroid baru terdeteksi dalam jarak 2,5 juta km maka akan segera menghunjam bumi dalam waktu kurang dari 24 jam saja.
Dalam laporan NASA menyebutkan ledakan asteroid di rusia disebabkan oleh meteorit berdiameter hanya 17 meter dengan bobot 10.000 ton yang menyebabkan kehancuran dijalur yang dilalui tumbukan serta melukai ribuan orang karena gelombang kejut yang ditimbulkan dengan membawa serpihan batu, kayu, kaca, besi dan benda apapun yang berpotensi mencederai manusia. jika hal tersebut bisa ditanggulangi sebelumnya, maka potensi kerusakan dapat di minimalisir.
Dalam pengembangan bandara Biak menjadi bandara antariksa internasional, memiliki banyak nilai positif jika dibandingkan bandara internasional yang sudah berdiri dan juga berada di dekat garis equator seperti di yang berada di Kourou Guyana Perancis dan di Brasil adalah penggunaan teknologi Air launcher milik Rusia yang tidak menggunakan permukaan bumi sebagai basis peluncuran, melainkan menggunakan pesawat Antonov An 124 Ruslan yang merupakan pesawat cargo terbesar didunia dan bisa membawa beban hingga 150 ton. roket pembawa satelit atau cargo antariksa akan dilepaskan pada ketinggian 10 km sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi lebih murah jika dibandingkan dengan peluncuran roket dari permukaan bumi.
Dengan potensi dibangunnya Space port dengan sistem Air launcher di biak, maka akan menambah efisiensi biaya peluncuran hingga 60 %. Biak berada di 2 derajat selatan equator yang sangat dekat sehingga lintasan pacu lebih singkat dan didukung oleh rotasi bumi yang mengurangi jarak lintasan melingkar yang harus ditempuh dimana bumi berputar dengan kecepatan 0,4 km tiap detiknya. potensi inilah yang sedang dikaji oleh tim yang berasal dari 3 negara.
Selain itu proyek migrasi manusia ke planet mars akan sangat didukung oleh pembukaan bandara biak, pengiriman cargo akan lebih cepat dan lebih murah didorong ke luar angkasa. Biak saat ini relatif sedikit jumlah penduduknya dan puing puing roket serta bagian bagiannya akan diarahkan ke samudera pasific yang memang relatif kosong dari hunian. sangat dimungkinkan Biak dikembangkan menjadi bandara antariksa internasional yang dikelola oleh banyak negara.
Indonesia dapat mengambil keuntungan dengan transfer teknologi dalam pengembangan roket dan pengoperasian Air launcher. Termasuk pembangunan di wilayah biak berupa akses informasi, jalan, fasilitas kesehatan yang baik dan sarana pendidikan. diharapkan proyek internasional ini menjadi pendorong ekonomi kabupaten biak secara massive dan berpengaruh positif terhadap seluruh lapisan masyarakat biak.
LAPAN sebagai lembaga yang memang menekuni teknologi keantariksaan sudah pasti mendukung pengembangan Biak sebaagai Air laucher proyek luar angkasa, apalagi selepas ujicoba roket RX 550, LAPAN sudah merencanakan pembangunan lokasi peluncuran yang baik sarana prasarananya agar dapat melakukan peluncuran roket generasi berikutnya yang berdiameter lebih besar dan jangkauan lebih jauh. rencana tersebut sudah tertuang dalam Undang undang kenatariksaan tahun 2013.saat ini LAPAN sudah memiliki 100 hektar lahan dan akan mengajukan anggaran untuk pembelian lahan lagi agar mencukupi sebagai bandara antariksa.
Teknologi satelit yang sudah dikuasai oleh para ahli indonesia pada generasi Lapan A3 yang sudah diluncurkan pada tahun 2016 dengan menggunakan fasilitas peluncuran satelit india di Andhra pradesh. merupakan proyek berkesinambungan sejak 2017 dengan diluncurkannya satelit Lapan A1. dilanjutkan peluncuran Lapan A2 pada tahun 2014. saat ini sedang dilakukan perancangan satelit Lapan A4 yang direncanakan diluncurkan tahun 2018 dengan fitur yang lebih canggih dalam hal resolusi maupun pengumpulan data. seperti kondisi cuaca dan juga untuk pemantauan permukaan seperti kebakaran hutan, potensi perikanan dan juga ilegal fishing.
Kemampuan merancang teknologi satelit dan juga sudah beberapa kali dilakukan uji coba peluncuran roket. maka indonesia sudah bisa meluncurkan sendiri satelit micro pada saat ini dan dalam roadmap standar diprediksi 10-20 tahun ke depan akan diperoleh upgrade untuk menjadi pemain satelit kelas dunia. jangka waktu tersebut terlalu lama, sehingga indonesia perlu melakukan loncatan yang sangat berarti untuk memperpendek ketertinggalan. seperti pembelian rudal C 705 dari pemerintah China dengan sistem TOT yang dilakukan pada pemerintahan SBY, dimaksudkan untuk memperoleh akurasi target.
Apabila diterapkan dalam roket RX 420 atau roket RX 550 akan menjadi roket versi militer yang tentu saja akan menjadi loncatan yang berarti dan menambah katalog alutsista militer indonesia yang berasal dari produk dalam negeri. selain itu untuk aplikasi dalam roket pendorong yang membawa satelit atau cargo luar angkasa, tidak akan terjadi penyimpangan lintasan yang bisa berakibat fatal seperti hilangnya cargo muatan atau yang lebih parah lagi roket akan jatuh ke daerah yang padat penduduk.